Hasil studi yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism ini, didasarkan pada evaluasi terhadap 1.045 laki-laki China yang sehat dan subur."Kami sangat puas dengan hasil temuan dari studi ini," terang peneliti Dr. Yiqun Gu, seperti dikutip situs foxnews.
Golongan kontrasepsi hormonal bagi laki-laki ini, terang Gu, menawarkan alternatif yang baru dan efektif bagi pasangan yang tidak bisa atau lebih suka tidak menggunakan alat kontrasepsi yang berorientasi pada perempuan sepanjang masa reproduksi.
Laki-laki yang berperan sebagai partisipan dalam studi mempunyai rentang usia antara 20 dan 45 tahun. Mereka paling tidak telah mempunyai satu anak, 2 tahun sebelum studi dimulai. Sedangkan pasangan perempuan mereka berusia antara 18 dan 38 tahun dan semuanya mempunyai tingkat kesuburan normal.
Laki-laki tersebut menerima suntikan testosteron setiap bulan selama 30 bulan. Selama 6 bulan pertama, partisipan diperiksa untuk memastikan kalau suntikan telah efektif mengeliminasi atau secara signifikan mengurangi jumlah sperma dalam air mani mereka. Selanjutnya, hanya partisipan dengan sedikit atau tanpa sperma yang diijinkan untuk melanjutkan studi selama 24 bulan ke depannya.
Selama masa follow-up terjadi 9 kehamilan. Artinya, terang Gu, angka kegagalan kontrasepsi ini adalah 1/100 laki-laki. Angka ini, lanjut Gu, sangat bagus dibandingkan dengan metode kontrasepsi yang lain, termasuk kondom dan pil kontrasepsi.
"Selama masa studi tidak ditemukan adanya efek samping yang serius. Selain itu, setelah penghentian suntikan, kemampuan memproduksi sperma pada laki-laki tersebut kembali normal," terang Gu.
Akan tetapi, terang Gu, masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan keamanan penggunaan dalam jangka panjang. Selain itu, terang dia, diperlukan penyulingan untuk memastikan kalau laki-laki tersebut sama sekali tidak memproduksi sperma selama pemakaian kontrasepsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERKOMENTAR DISINI