Seven Samurai (七人の侍 Shichinin no samurai , arti: Tujuh Orang Samurai) adalah film Jepang tahun 1954 ditulis, disunting, dan disutradarai oleh Akira Kurosawa. Film ini berlatar zaman Sengoku Jepang (sekitar 1587/1588). Film ini menceritakan tentang sebuah desa para petani yang menyewa tujuh orang ronin untuk melawan bandit yang akan segera kembali setelah para petani memanen hasil tanamnya untuk merampasnya dari para petani.
Seven Samurai sering disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik dan paling berpengaruh yang pernah dibuat[1], dan salah satu dari sedikit film Jepang yang berhasil dikenal secara luas di dunia Barat untuk waktu yang lama. Film ini juga film yang terkenal sekaligus film yang banyak dikritisi; seperti ditulis dalam polling Sight & Sound pada tahun 1982 dan 1992 mengenai daftar dari sepuluh film terbaik sepanjang masa, dan juga pada tahun 2002 film ini masuk dalam kategori sepuluh film andalan para sutradara.
Sekelompok bandit perusak menghampiri sebuah desa gunung. Pemimpin bandit menyadari bahwa mereka telah merampok desa ini sebelumnya, dan memutuskan untuk membiarkan desa ini dan menunggu hingga barley dipanen dalam beberapa bulan lagi. Ketika para bandit pergi, para penduduk desa mulai terpisah, ada yang beranggapan bahwa mereka harus menyerahkan hasil panen mereka, ada juga yang ingin bertempur melawan bandit. Dalam kerusuhan ini, mereka pergi menuju tetua desa, yang menyatakan bahwa mereka harus bertempur, dengan cara menyewa samurai untuk membantu mereka mempertahankan desa mereka. Beberapa penduduk mempermasalahkan usulan ini, mengetahui bahwa samurai mahal untuk disewa dan dikenal bernafsu pada wanita muda. Tapi mereka tak punya pilihan lain. Menyadari bahwa para penduduk tak memiliki apa pun untuk dipersembahkan selain makanan, maka tetua menyuruh penduduk untuk "cari samurai kelaparan".
Para penduduk laki-laki pergi menuju kota, namun menemui kegagalan pada awalnya, tidak ditanggapi oleh setiap samurai mereka tanyai — kadang-kadang sangat kasar — karena mereka tidak dapat menawarkan apa pun selain membayar samurai tersebut dengan tiga kali makan sehari. Saat seolah-olah semua harapan hilang, mereka menjadi saksi dari samurai yang agak tua (Kambei) menyelamatkan bocah laki-laki yang disandera oleh pencuri yang licik secara dramatis. Sementara Kambei berjalan menyusuri kota, seorang pemuda, Katsushirō, yang meminta Kambei agar ia menjadi acolyte (pembantu pendeta pada upacara misa) bagi Kambei. Kambei memaksa bahwa Katsushirō untuk berjalan setara dengannya sebagai teman. Maka para petani meminta Kambei untuk membantu mempertahankan desa mereka. Kambei menerima dan mereka sangat gembira. Kambei, dengan bantuan Katsushirō, merekrut satu-per-satu empat lagi samurai (ronin) tak bertuan dari kota, masing-masing dengan keahlian dan kepribadian khusus. Walaupun pada awalnya Kambei telah memutuskan bahwa diperlukan tujuh samurai, ia berencana akan berangkat menuju desa dengan hanya empat orang samurai terpilih, karena keterbatasan waktu. Penduduk desa meminta dirinya untuk mengikutsertakan Katsushirō. Dengan sedikit desakan dari yang lain, dia setuju. Seorang samurai yang kikuk dan aneh bernama Kikuchiyo, yang telah ditolak Kambei untuk misi ini, mengikuti mereka ke desa di kejauhan, mengabaikan protes dan upaya para samurai untuk mengusir dia pergi.
Ketika samurai tiba di desa, penduduk desa meringkuk ketakutan di dalam rumah mereka masing-masing, melindungi diri dan anak perempuan mereka dari samurai yang mereka anggap berbahaya. Para samurai merasa terhina dengan sambutan dingin ini, mengingat bahwa mereka telah rela untuk mempertahankan desa dengan hampir tidak ada balasan sama sekali. Lalu para samurai ini meminta penjelasan dari tetua desa. Tiba-tiba, alarm dibunyikan; para penduduk desa, yang takut akan telah kembalinya para bandit, segera keluar dari tempat persembunyian mereka dan memohon untuk dilindungi oleh para samurai yang baru tiba. Ternyata Kikuchiyo, yang sampai saat ini hanya membuntuti para samurai, lah yang telah membunyikan alarm palsu. Dia memarahi para penduduk desa yang panik, karena mendekati samurai untuk memohon bantuan, setelah tak mau menyambut kedatangan mereka ke desa. Di sini lah Kikuchiyo menunjukkan bahwa ada suatu kecerdikan di balik sikapnya yang kasar. Keenam samurai secara simbolis menerima dia sebagai anggota mereka, menyempurnakan kelompok pengelana sebagai "Tujuh Orang Samurai."
Selama mereka mempersiapkan diri untuk mengepung musuh, para penduduk desa dan samurai perlahan mulai saling percaya satu sama lain. Para samurai menemukan bahwa beberapa penduduk desa telah membunuh dan merampok samurai lain yang telah kabur di masa lalu. Mereka menjadi terkejut dan marah. Kyūzō, yang paling profesional dan tenang dari ketujuh samurai, bahkan menyatakan bahwa ia ingin membunuh semua orang di desa. Si Kikuchiyo yang aneh pun menginginkan samurai yang lain untuk mengabaikan kerja keras para petani dalam bertahan hidup di tengah intimidasi dan pelecehan dari kelas ksatria. Pada saat inilah, terungkap kenyataan bahwa Kikuchiyo adalah anak seorang petani. "Tetapi siapa yang membuat mereka menjadi seperti ini?", ia bertanya. "Kalian lah yang melakukannya!" Samurai yang tadinya merasa marah berubah menjadi malu, dan ketika tetua desa, yang datang setelah mendengar keributan hebat ini, menanyakan apakah ada masalah, Kambei dengan merendahkan diri merespon bahwa tidak ada masalah apa pun. Para samurai pun melanjutkan persiapan tanpa rasa permusuhan, dan segera setelah itu, menunjukkan belas kasihan terhadap para petani saat para petani membagikan beras kepada seorang wanita tua yang keluarganya yang telah dibunuh oleh para bandit, yang juga berteriak bahwa dia hanya ingin mati saja.
Persiapan untuk pertahanan desa berlangsung cepat, termasuk pembangunan kubu pertahanan dan pelatihan para petani untuk pertempuran. Katsushirō, samurai termuda, mulai tertarik pada Shino, seorang putri salah satu penduduk desa. Shino telah dipaksa oleh ayahnya, Manzō, untuk menyamar sebagai anak laki-laki. Manzō berharap penyamaran ini akan melindungi putrinya dari para ksatria samurai yang ia duga gasang.
Saat waktu penyerangan semakin mendekat, dua kelompokbandit dibunuh. Salah satu bandit yang ditangkap terpaksa memberitahukan lokasi kemah bandit. Tiga samurai, bersama pemandu dari desa, memutuskan untuk melakukan penyerangan pencegahan untuk berjaga-jaga. Hasilnya banyak bandit yang tewas, namun salah satu samurai, Heihachi, terkena tembakan. Ketika pasukan bandit tiba segera setelah penyerangan ini, mereka dikacaukan oleh kubu pertahanan yang telah disiapkan oleh parasamurai. Beberapa bandit bahkan terbunuh saat mereka mencoba menaikibarikade maupun melintasi parit-parit (moat). Bagaimana pun juga, kelompok bandit ini memiliki keunggulan dalam jumlah petarungnya yang terlatih, dan memiliki tiga musket, yang mampu mempertahankan diri mereka sendiri. Kyūzō, atas inisiatifnya sendiri, memutuskan untuk melakukan penyerangan untuk mengambil salah satu muskets dan kembali dalam beberapa jam mendatang. Kikuchiyo, yang cemburu akan pujian dan penghormatan yang Kyūzō dapatkan, terutama dari Katsushirō, kemudian meninggalkan posnya untuk mengambil musket lainnya, meninggalkan rombongan para petani yang berada di bawah wewenangnya. Walau Kikuchiyo berhasil, para bandit menyerang pos tersebut, membuat para petani kewalahan bahkan terbunuh. Kambei terpaksa harus menyediakan bala bantuan dari pos utama untuk mengatasi para bandit, yang mengakibatkan kekurangan tenaga saat pemimpin bandit menyerang pos utama ini. Meskipun serangan bandit ini dapat diatasi, Gorobei tewas tertembak.
Selain pertahanan, strategi awal para samurai adalah untuk membiarkan para bandit memasuki celah pada kubu pertahanan satu per satu, melewati semacam "dinding" tertutup penuh akan tombak, dan kemudian membunuh musuh yang masuk sendirian tersebut setelah "dinding" ditutup kembali. Hal ini berhasil dilakukan berkali-kali, walaupun ada beberapa bandit yang berhasil memasuki desa beberapa kali. Pada malam kedua, Kambei memastikan bahwa penduduk desa akan segera menjadi terlalu lelah untuk bertempur dan menginstruksikan mereka mempersiapkanpertempuran terakhir yang menentukan. Malam itu, hubungan asmara Katsushirō terungkap. Karena kegemparan awal ini lah, petualangan asmara Katsushirō memberikan semacam kelegaan pada para petempur.
Ketika pagi mulai merekah dan para bandit melancarkan serangan mereka, Kambei memerintahkan pasukannya agar membiarkan ketigabelas bandit yang tersisa untuk masuk sekaligus. Dalam pertempuran kali ini, sebagian besar bandit mudah untuk dibunuh, tetapi pemimpin bandit berlindung di sebuah pondok yang tak terlihat. Tergambarkan sebagai perbuatan keji, sang pemimpin bandit menembak Kyūzō dari belakang, dari pondok yang terlindungi tersebut, dan berhasil membunuh Kyūzō. Katsushirō yang putus asa berusaha untuk melawan atas apa yang telah menimpa pahlawannya. Tetapi Kikuchiyo yang sangat marah dengan berani (dan tak sadar) maju menyerang mendahului Katsushirō, yang hanya mengakibatkan ia tertembak di bagian perut. Walaupun terluka parah, Kikuchiyo berhasil membunuh pemimpin bandit, yang akhirnya membuktikan bahwa dia layak sebagai seorang samurai, sebelum akhirnya dia meninggal. Dalam kebingungan dan kelelahan, Kambei dan Shichirōji dengan sedih menyatakan "Kita berhasil selamat sekali lagi," saat Katsushiro meratapi para sahabatnya yang gugur. Pertempuran ini akhirnya murni dimenangkan pihak penduduk desa.
Tiga samurai yang berhasil selamat, Kambei, Katsushirō, dan Shichirōji, berjalan untuk mengamati para penduduk desa yang dengan gembira menanam padi kembali. Para samurai mencerminkan hubungan antara kelas petani dengan ksatria: walaupun mereka berhasil memenangkan pertempuran demi para petani, mereka telah kehilangan teman-teman mereka dan berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kehilangan itu. "Sekali lagi kita dikalahkan," renung Kambei. "Para petani lah yang menang. Bukan kita." Pandangan melankolik ini sedikit memberikan pencerahan akan pernyataan Kambei pada bagian awal film ini bahwa dia "tidak pernah memenangkan sebuah pertempuran." Ini kontras dengan nyanyian dan sukacita penduduk desa, yang hidup bertahan dari kerja paksa yang telah menang atas perang dan membiarkan semua ksatria sebagai pihak yang dikalahkan.
○ ○ Keenam lingkaran ini merupakan perwakilan dari
○ ○ anggota Tujuh Orang Samurai, kecuali Kikuchiyo.
○ ○
△ Segitiga mewakili Kikuchiyo, yang sebenarnya bukanlah seorang samurai
た Sedangkan huruf hiragana "ta", yang berarti sawah, mewakili para petani
2.zatoichi..adalah seoarang samurai buta..
.
Seven Samurai sering disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik dan paling berpengaruh yang pernah dibuat[1], dan salah satu dari sedikit film Jepang yang berhasil dikenal secara luas di dunia Barat untuk waktu yang lama. Film ini juga film yang terkenal sekaligus film yang banyak dikritisi; seperti ditulis dalam polling Sight & Sound pada tahun 1982 dan 1992 mengenai daftar dari sepuluh film terbaik sepanjang masa, dan juga pada tahun 2002 film ini masuk dalam kategori sepuluh film andalan para sutradara.
Daftar isi |
Para penduduk laki-laki pergi menuju kota, namun menemui kegagalan pada awalnya, tidak ditanggapi oleh setiap samurai mereka tanyai — kadang-kadang sangat kasar — karena mereka tidak dapat menawarkan apa pun selain membayar samurai tersebut dengan tiga kali makan sehari. Saat seolah-olah semua harapan hilang, mereka menjadi saksi dari samurai yang agak tua (Kambei) menyelamatkan bocah laki-laki yang disandera oleh pencuri yang licik secara dramatis. Sementara Kambei berjalan menyusuri kota, seorang pemuda, Katsushirō, yang meminta Kambei agar ia menjadi acolyte (pembantu pendeta pada upacara misa) bagi Kambei. Kambei memaksa bahwa Katsushirō untuk berjalan setara dengannya sebagai teman. Maka para petani meminta Kambei untuk membantu mempertahankan desa mereka. Kambei menerima dan mereka sangat gembira. Kambei, dengan bantuan Katsushirō, merekrut satu-per-satu empat lagi samurai (ronin) tak bertuan dari kota, masing-masing dengan keahlian dan kepribadian khusus. Walaupun pada awalnya Kambei telah memutuskan bahwa diperlukan tujuh samurai, ia berencana akan berangkat menuju desa dengan hanya empat orang samurai terpilih, karena keterbatasan waktu. Penduduk desa meminta dirinya untuk mengikutsertakan Katsushirō. Dengan sedikit desakan dari yang lain, dia setuju. Seorang samurai yang kikuk dan aneh bernama Kikuchiyo, yang telah ditolak Kambei untuk misi ini, mengikuti mereka ke desa di kejauhan, mengabaikan protes dan upaya para samurai untuk mengusir dia pergi.
Ketika samurai tiba di desa, penduduk desa meringkuk ketakutan di dalam rumah mereka masing-masing, melindungi diri dan anak perempuan mereka dari samurai yang mereka anggap berbahaya. Para samurai merasa terhina dengan sambutan dingin ini, mengingat bahwa mereka telah rela untuk mempertahankan desa dengan hampir tidak ada balasan sama sekali. Lalu para samurai ini meminta penjelasan dari tetua desa. Tiba-tiba, alarm dibunyikan; para penduduk desa, yang takut akan telah kembalinya para bandit, segera keluar dari tempat persembunyian mereka dan memohon untuk dilindungi oleh para samurai yang baru tiba. Ternyata Kikuchiyo, yang sampai saat ini hanya membuntuti para samurai, lah yang telah membunyikan alarm palsu. Dia memarahi para penduduk desa yang panik, karena mendekati samurai untuk memohon bantuan, setelah tak mau menyambut kedatangan mereka ke desa. Di sini lah Kikuchiyo menunjukkan bahwa ada suatu kecerdikan di balik sikapnya yang kasar. Keenam samurai secara simbolis menerima dia sebagai anggota mereka, menyempurnakan kelompok pengelana sebagai "Tujuh Orang Samurai."
Selama mereka mempersiapkan diri untuk mengepung musuh, para penduduk desa dan samurai perlahan mulai saling percaya satu sama lain. Para samurai menemukan bahwa beberapa penduduk desa telah membunuh dan merampok samurai lain yang telah kabur di masa lalu. Mereka menjadi terkejut dan marah. Kyūzō, yang paling profesional dan tenang dari ketujuh samurai, bahkan menyatakan bahwa ia ingin membunuh semua orang di desa. Si Kikuchiyo yang aneh pun menginginkan samurai yang lain untuk mengabaikan kerja keras para petani dalam bertahan hidup di tengah intimidasi dan pelecehan dari kelas ksatria. Pada saat inilah, terungkap kenyataan bahwa Kikuchiyo adalah anak seorang petani. "Tetapi siapa yang membuat mereka menjadi seperti ini?", ia bertanya. "Kalian lah yang melakukannya!" Samurai yang tadinya merasa marah berubah menjadi malu, dan ketika tetua desa, yang datang setelah mendengar keributan hebat ini, menanyakan apakah ada masalah, Kambei dengan merendahkan diri merespon bahwa tidak ada masalah apa pun. Para samurai pun melanjutkan persiapan tanpa rasa permusuhan, dan segera setelah itu, menunjukkan belas kasihan terhadap para petani saat para petani membagikan beras kepada seorang wanita tua yang keluarganya yang telah dibunuh oleh para bandit, yang juga berteriak bahwa dia hanya ingin mati saja.
Persiapan untuk pertahanan desa berlangsung cepat, termasuk pembangunan kubu pertahanan dan pelatihan para petani untuk pertempuran. Katsushirō, samurai termuda, mulai tertarik pada Shino, seorang putri salah satu penduduk desa. Shino telah dipaksa oleh ayahnya, Manzō, untuk menyamar sebagai anak laki-laki. Manzō berharap penyamaran ini akan melindungi putrinya dari para ksatria samurai yang ia duga gasang.
Saat waktu penyerangan semakin mendekat, dua kelompokbandit dibunuh. Salah satu bandit yang ditangkap terpaksa memberitahukan lokasi kemah bandit. Tiga samurai, bersama pemandu dari desa, memutuskan untuk melakukan penyerangan pencegahan untuk berjaga-jaga. Hasilnya banyak bandit yang tewas, namun salah satu samurai, Heihachi, terkena tembakan. Ketika pasukan bandit tiba segera setelah penyerangan ini, mereka dikacaukan oleh kubu pertahanan yang telah disiapkan oleh parasamurai. Beberapa bandit bahkan terbunuh saat mereka mencoba menaikibarikade maupun melintasi parit-parit (moat). Bagaimana pun juga, kelompok bandit ini memiliki keunggulan dalam jumlah petarungnya yang terlatih, dan memiliki tiga musket, yang mampu mempertahankan diri mereka sendiri. Kyūzō, atas inisiatifnya sendiri, memutuskan untuk melakukan penyerangan untuk mengambil salah satu muskets dan kembali dalam beberapa jam mendatang. Kikuchiyo, yang cemburu akan pujian dan penghormatan yang Kyūzō dapatkan, terutama dari Katsushirō, kemudian meninggalkan posnya untuk mengambil musket lainnya, meninggalkan rombongan para petani yang berada di bawah wewenangnya. Walau Kikuchiyo berhasil, para bandit menyerang pos tersebut, membuat para petani kewalahan bahkan terbunuh. Kambei terpaksa harus menyediakan bala bantuan dari pos utama untuk mengatasi para bandit, yang mengakibatkan kekurangan tenaga saat pemimpin bandit menyerang pos utama ini. Meskipun serangan bandit ini dapat diatasi, Gorobei tewas tertembak.
Selain pertahanan, strategi awal para samurai adalah untuk membiarkan para bandit memasuki celah pada kubu pertahanan satu per satu, melewati semacam "dinding" tertutup penuh akan tombak, dan kemudian membunuh musuh yang masuk sendirian tersebut setelah "dinding" ditutup kembali. Hal ini berhasil dilakukan berkali-kali, walaupun ada beberapa bandit yang berhasil memasuki desa beberapa kali. Pada malam kedua, Kambei memastikan bahwa penduduk desa akan segera menjadi terlalu lelah untuk bertempur dan menginstruksikan mereka mempersiapkanpertempuran terakhir yang menentukan. Malam itu, hubungan asmara Katsushirō terungkap. Karena kegemparan awal ini lah, petualangan asmara Katsushirō memberikan semacam kelegaan pada para petempur.
Ketika pagi mulai merekah dan para bandit melancarkan serangan mereka, Kambei memerintahkan pasukannya agar membiarkan ketigabelas bandit yang tersisa untuk masuk sekaligus. Dalam pertempuran kali ini, sebagian besar bandit mudah untuk dibunuh, tetapi pemimpin bandit berlindung di sebuah pondok yang tak terlihat. Tergambarkan sebagai perbuatan keji, sang pemimpin bandit menembak Kyūzō dari belakang, dari pondok yang terlindungi tersebut, dan berhasil membunuh Kyūzō. Katsushirō yang putus asa berusaha untuk melawan atas apa yang telah menimpa pahlawannya. Tetapi Kikuchiyo yang sangat marah dengan berani (dan tak sadar) maju menyerang mendahului Katsushirō, yang hanya mengakibatkan ia tertembak di bagian perut. Walaupun terluka parah, Kikuchiyo berhasil membunuh pemimpin bandit, yang akhirnya membuktikan bahwa dia layak sebagai seorang samurai, sebelum akhirnya dia meninggal. Dalam kebingungan dan kelelahan, Kambei dan Shichirōji dengan sedih menyatakan "Kita berhasil selamat sekali lagi," saat Katsushiro meratapi para sahabatnya yang gugur. Pertempuran ini akhirnya murni dimenangkan pihak penduduk desa.
Tiga samurai yang berhasil selamat, Kambei, Katsushirō, dan Shichirōji, berjalan untuk mengamati para penduduk desa yang dengan gembira menanam padi kembali. Para samurai mencerminkan hubungan antara kelas petani dengan ksatria: walaupun mereka berhasil memenangkan pertempuran demi para petani, mereka telah kehilangan teman-teman mereka dan berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kehilangan itu. "Sekali lagi kita dikalahkan," renung Kambei. "Para petani lah yang menang. Bukan kita." Pandangan melankolik ini sedikit memberikan pencerahan akan pernyataan Kambei pada bagian awal film ini bahwa dia "tidak pernah memenangkan sebuah pertempuran." Ini kontras dengan nyanyian dan sukacita penduduk desa, yang hidup bertahan dari kerja paksa yang telah menang atas perang dan membiarkan semua ksatria sebagai pihak yang dikalahkan.
] Tujuh orang samurai
○ ○ Keenam lingkaran ini merupakan perwakilan dari
○ ○ anggota Tujuh Orang Samurai, kecuali Kikuchiyo.
○ ○
△ Segitiga mewakili Kikuchiyo, yang sebenarnya bukanlah seorang samurai
た Sedangkan huruf hiragana "ta", yang berarti sawah, mewakili para petani
2.zatoichi..adalah seoarang samurai buta..
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERKOMENTAR DISINI